Selasa, 27 Mei 2014

Cara Ampuh Atasi Penyakit Kurang Darah atau Anemia


Sebagian besar dari kita pasti pernah mengalami penyakit kurang darah (Anemia), Orang yang terkena penyakit ini biasanya penglihatannya berkunang kunang. Penyebab utamanya adalah kurangnya memperhatikan gizi dalam makanan.

Anemia berasal dari bahasa Yunani kuno “anaimia” yang berarti kekurangan darah. Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan jumlah sel-sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam darahnya kurang dari normal.

Anemia menyebabkan hipoksia (kekurangan oksigen) pada organ penderitannya sebab hemoglobin dalam sel darah merah yang berkurang berakibat oksigen yang dibawa dari paru-paru ke jaringan tubuh juga menjadi berkurang,. Oleh karenanya berbagai tingkat anemia dapat memiliki berbagai konsekuensi klinis Maka tidak mengeherankan jika gejala anemia ditunjukan dengan merasa cepat lelah, pucat, gelisah, dan terkadang sesak.

Gejala-gejala orang yang mengalami anemia:

*kelelahan, lemah, pucat dan kurang bergairah
*sakit kepala dan mudah marah
*tidak mampu berkonsentrasi dan rentan terhadap infeksi
*pada anemia yang kronis menunjukkan bentuk kuku seperti sendok dan rapuh, pecah-pecah pada sudut mulut, lidah lunak dan sulit menelan.

Secara umum, anemia adalah salah satu akibat dari:

*kekurangan darah dalam jumlah banyak kerusakan sel-sel darah merah
*kekurangan bahan dasar untuk membuat sel darah merah seperti hemoglobin yang disebabkan oleh defisiensi zat besi
*kegagalan sumsum tulang untuk membuat sel darah merah dalam jumlah yang cukup besar.

Faktor-faktor penyebab terjadinya anemia adalah:

*Kurangnya zat besi dalam makanan yang dikonsumsi
*Malabsorbsi zat besi ( penyerapan zat besi yang tidak optimal) akibat diare kronis, pembedahan tertentu pada saluran pencernaan seperti lambung. Zat besi diabsorpsi dari saluran pencernaan. Sebagian besar, zat besi diabsorpsi dari usus halus bagian atas terutama duodenum. Bila terjadi gangguan saluran pencernaan, maka absorpsi zat besi dari saluran pencernaan menjadi tidak optimal. Hal itu menyebabkan kurangnya kadar zat besi dalam tubuh sehingga pembentukan sel darah merah terhambat.
*Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang berat, luka, kanker dan perdarahan gastrointestinal akibat induksi obat. Kehilangan banyak darah tersebut menyebabkan terkurasnya cadangan zat besi dalam tubuh sehingga pembentukan sel darah merah terganggu.
*Kehamilan Suplai zat besi ibu dialihkan ke janin untuk pembentukan sel darah merah janin. Hal itu menyebabkan ibu tersebut kekurangan zat besi.

Pemeriksaan terhadap anemia defisiensi zat besi dilakukan dengan tes darah dan studi sumsum tulang. Bahan-bahan yang diperoleh dari alam dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kadar zat besi dalam tubuh. Bagi penderita anemia defisiensi zat besi, sebaiknya:

*Mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat besi seperti bayam, dan lain-lain
*Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C ( asam askorbat) seperti jeruk, tomat, mangga dan lain-lain, sebab asam askorbat dapat meningkatkan penyerapan zat besi.

Pengobatan untuk penderita anemia:

*60 gram daun bayam merah direbus dengan air secukupnya. Selanjutnya ditambahkan satu kuning telur ayam kampung. Ramuan tersebut dapat dimakan.
*100 gram kacang hijau + 10 butir angco direbus/ditim + 30 gram kismis, direbus hingga menjadi bubur cair, kemudian dimakan.
*30 gram daun kacang panjang + 30 gram daun bayam duri + 25 gram lempuyang wangi, dicuci dan diblender dengan 100 cc air, disaring, airnya diminum.
*30-50 buah buni yang matang + 20 buah murbei + 20 gram kunyit, diblender dengan menambahkan 100 cc air, tambahkan 1 sendok makan madu lalu diminum

Rabu, 27 November 2013

PERTEMPURAN 10 NOVEMBER


Pertempuran di Surabaya melawan pasukan sekutu tidak lepas kaitannya dengan peristiwa yang mendahuluinya, yaitu usaha perebutan kekuasaan dan senjata dari tangan Jepang yang dimulai sejak tanggal 2 September 1945. Perebutan kekuasaan dan senjata yang dilakukan oleh para pemuda berubah menjadi situasi revolusi yang konfrontatif antara pihak Indonesia dengan sekutu.
Sejarah Pertempuran Surabaya (10 November 1945)

Para pemuda sebelumnya sudah berhasil memiliki senjata dengan cara merampas dari tentara jepang yang telah dinyatakan kalah perang. Pemerintah mendukung tindakan-tindakan yang dilakukan para pemuda, dengan maksud mempersenjatai diri dan mempertahankan kemerdekaan dari ancaman bangsa asing. Namun, pada tanggal 25 Oktober 1945, Brigade Jendral A.W.S. Mallaby mendarat di Surabaya. Dengan tujuan melucuti serdadu Jepang dan menyelamatkan para interniran Sekutu. Pemimpin pasukan sekutu menemui Gubernur Jawa Timur R.M. Soerjo untuk membicarakan maksud kedatangan mereka. Setelah diadakan pertemuan antara wakil-wakil pemerintah RI dengan Brigadir Jendral A.W.S. Mallaby berhasil mencapai suatu kesepakatan yaitu:
a. Inggris berjanji bahwa di antara mereka tidak terdapat angkatan perang Belanda.
b. Disetujuinya kerja sama antara kedua belah pihak untuk menjamin keamanan dan ketentraman.
c. Akan segera dibentuk kontak biro sehingga kerjasama dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya.
d. Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang saja.

Pihak Republik Indonesia akhirnya memperkenankan tentara Inggris memasuki kota dengan suatu syarat bahwa hanya obyek-obyek yang sesuai dengan tugasnya saja yang dapat diduduki, seperti kamp-kamp tawananan perang. Namun dalam perkembangan selanjutnya, pihak Inggris mengingkari janjinya. Pada tanggal 26 Oktober 1945 malam harinya satu peleton pasukan Field Security Section di bawah pimpinan Kapten Shaw melakukan penyerangan ke penjara kalisosok untuk membebaskan Kolonel Huiyer (seorang Kolonel Angkatan Laut Belanda) bersama kawan-kawannya. Tindakan Inggris dilanjutkan dengan melakukan pendudukan terhadap pangkalan Udara Tanjung Perak, Kantor Pos Besar, Gedung Internatio dan obyek-obyek vital lainnya.

Pada tanggal 27 Oktober 1945 pukul 11.00 pesawat terbang Inggris menyebarkan pamflet-pamflet yang berisi petintah agar rakyat Surabaya pada khususnya dan Jawa Timur pada Umumnya untuk menyerahkan senjata yang dirampas dari tangan Jepang. Brigadir Jendral Mallaby mengaku tidak tahu menahu soal pamflet-pemflet tersebut. Ia bahkan berpendirian bahwa sekalipun sudah terdapat perjanjian dengan pemerintah Republik Indonesia, tetapi ia kana melaksanakan tindakan sesuai dengan isi pamflet-pamflet tersebut. Sikap itu menghilangkan kepercayaan pemeritah Republik Indonesia terhadap pihak Ingris.

Pada tanggal 27 Oktober 1945, terjadi kontak senjata yang pertama antara Indonesia dengan pasukan Inggris. Kontak senjata itu meluas, sehingga terjadi pertempuran pada tanggal 28, 29, dan 30 Oktober 1945. Dalam pertempuran itu, pasukan sekutu dapat dipukul mundur dan bahkan hamper dapat dihancurkan oleh pasukan Indonesia. Pemimpin pasukan sekutu Brigadir A.W.S Mallaby berhasil ditawan oleh para pemuda Indonesia.

Melihat kenyataan seperti itu, Komandan pasukan sekutu menghubungi Presiden Soekarno untuk mendamaikan perselisihan antara bangsa Indonesia dengan pasukan sekutu Inggris di Surabaya. Pada tanggal 30 Oktober 1945, Bung Karno, Bung Hatta, dan Amir Syarifuddin datang ke Surabaya Untuk mendamaikan perselisihan itu. Perdamaian berhasil dicapai dan ditandatangani oleh kedua belah pihak. Akan tetapi setelah Bung Karno, Bung Hatta, dan Amir Syarifuddin, beserta Hawthorn kembali ke Jakarta, pertempuran tidak dapat dielakkan lagi dan menyebabkan terbunuhnya Brigadir Jendral A.W.S. Mallaby.

Pasukan Inggris kemudian mendatangkan bala bantuan dari divisi V dipimpin Mayor Jendral Mansergh dengan 24.000 orang anak buahnya mendarat di Surabaya. Tanggal 9 November 1945, Inggris mengeluarkan Ultimatum yang berisi ancaman bahwa pihak Inggris akan  menggempur Surabaya dari darat, laut, dan udara, apabila orang-orrang Indonesia tidak menaati ultimatum itu. Inggris juga mengeluarkan instruksi yang isinya:
“…..semua pemimpin bangsa Indonesia dari semua pihak di kota Surabaya harus datang selambat-lambatnya tanggal 10 November 1945 pukul 06.00 pagi, pada tempat yang telah ditentukan dan membawa bendera Merah Putih dengan diletakkan diatas tanah pada jarak seratus meter dari tempat berdiri, lalu mengangkat tangan tanda menyerah.”

Ultimatum itu ternyata tidak ditaati. Pada tanggal 10 November 1945 terjadi pertempuran yang sangat dahsyat.